Rabu, 27 Maret 2013
Selasa, 26 Maret 2013
Untuk calon pacar (suami) ku
Posted by dhiendongg on 12:59 AM

Posted in surat
Jumat, 08 Maret 2013
Bocah, Jalanan, dan Nge-lem
Posted by dhiendongg on 10:16 AM

Selasa, 05 Maret 2013
Warna dan Warni Hidupku
Posted by dhiendongg on 10:01 PM
Tak bisa ku bayangkan seberapa hambarnya hidupku tanpa mereka, orang-orang yang selama beberapa tahun terakhir ini bersama ku. Ya, mereka... Orang-orang yang membuatku tak pernah berhenti berucap syukur kepada Tuhan karena telah mempertemukanku dengan mereka. Aku mungkin akan sangat menyesali jika hari itu aku benar-benar memutuskan untuk tidak bergabung di lembaga kuli tinta ini. Awal pertemuan yang sungguh biasa-biasa saja. Mengikuti diklat untuk perekrutan anggota lembaga tersebut, aku dan mereka sama sekali belum saling mengenal, tapi di antara beberapa dari mereka mungkin sudah mengenal. Waktu terus berlalu tanpa permisi, makin hari waktu seperti memaksa kami untuk semakin dekat dan wajib untuk saling mengenal, seperti tak ada hari esok lagi tampaknya. Satu persatu kami mulai tahu kebiasaan masing-masing, semakin hari kami mulai sering bertengkar, memperdebatkan hal-hal yang tidak begitu penting, atau bahkan saling ejek satu sama lain. Dan hal itulah yang ku pastikan akan ku rindukan satu hari nanti. Aku berusaha ingin menuliskan tentang mereka sartu per satu.
Neena, perempuan yang sedikit langka, enggan disebut cantik ataupun manis ia malah mengklaim dirinya orang yang paling keren di manapun, kapanpun, dan jika dibandingkan dengan siapapun. Awalnya kupluk menjadi ciri khas perempuan berdarah Pinrang ini. Namun, lama-kelamaan ia mungkin bosan dengan gaya yang ia sebut keren itu, ia pun hijrah dengan memilih topi sebagai gaya keren terbarunya. Punya hobi motret dan dipotret, setelah itu memposting foto hasil jepretannya. Begitulah dia menyalurkan hobi yang tak jelas juntrungannya, ajang narsis belaka lebih tepatnya.
Riana, perempuan yang juga tak kalah narsisnya dari Neena. Senang dipotret tapi tak begitu senang memotret. Perempuan yang sebegitu meronanya kala ia diserbu dengan kata-kata “hai manis” oleh salah satu teman lelakiku. Sontak ia bertolak pinggang bergaya laiknya peragawati di catwalk. Tubuh langsingnya memang layak dibandingkan dengan para peragawati-peragawati tersebut. Tak jarang ia bahkan menjadi bahan gombalan teman-teman lelakiku, terkadang ia hanya membalas dengan senyum manis andalannya dengan memamerkan gingsul kebanggannya, atau terkadang ia mencoba membalas gombalan meski lebih sering gagal.
Mimy, temanku yang satu ini sedikit lebih dewasa dari kedua teman perempuan yang ku ceritakan sebelumnya. Sikapnya yang tenang dalam menghadapi masalah membuatku tak pernah segan membagi keluh kesahku pada perempuan berdarah Bone ini. Saat butuh pencerahan ia betul-betul menjadi tempatku mengadu. Sayang, ia begitu cepat mengakhiri karirnya bersama kami di lembaga kuli tinta ini. Bukan atas kemauannya, tapi lebih kepada kewajiban akademik yang sudah ia selesaikan di kampus. Untuk sekedar menenangkan hatinya karena sedikit tak rela meninggalkan kami, ia tetap membangkitkan obsesinya untuk menjadi seorang guru.
Tristan, temanku yang paling bijaksana di antara kelima teman lelaki lainnya. Tapi, sayang tak sedikitpun kebijaksanaannya itu tampak sebelum ia betul-betul bersuara. Penampilannya yang selalu apa adanya membuatnya selalu mencolok di antara yang lainnya. Terlebih saat ia mengenakan celana robek di lutut plus sendal jepit andalannya. Tak ada yang menyangka, ia selalu menjadi penengah dalam sebuah permasalahan yang sering kami temui, entah itu saat rapat berlangsung atau dalam hal-hal lainnya. Saat ia mulai angkat bicara, dengan pesona mata sipitnya siap-siap saja semua mata tertuju padanya.
Rial, si pemilik cambang terlebat di antara kelima teman lainnya. Selalu membangun obsesinya yang tiap ia bercerita selalu saja berbeda, di satu waktu ingin menjadi dosen yang handal, di satu waktu ingin menjadi rektor, di lain waktu ingin menjadi seorang anggota DPR, dan di waktu lainnya ingin menjadi seorang Menteri seperti Dahlan Iskan idoalnya. Satu hal yang paling unik dari temanku yang satu ini saat ia tertawa, semua tubuhnya bergetar, tak jarang ia malah menggaruk perutnya, dan saat itu justru kami yang merasa tergelitik.
Arian, teman lelakiku yang paling sering mengklaim dirinya tampan dan punya banyak fans. Orang yang terlihat cuek dan terlihat tidak begitu peduli dengan teman-temannya, tapi siapa sangka aku pernah mendapati tulisan pendeknya yang bercerita tentang kebiasaan teman-temannya, sedikit membuktikan ternyata ia cukup perhatian terhadap kami. Ia juga senang menulis sajak-sajak pendek, tapi tak jarang teman-teman yang lain menghakimi dengan candaan bahwa tulisannya adalah copy paste. Tapi ia tetap percaya diri untuk menulis dan menyimpannya untuk dirinya sendiri. Awalnya bakatnya justru terlihat dalam hal fotografi, tapi belakangan ia malah sibuk dengan usaha investasinya.
Rama, orang tak banyak bicara tapi sekali bicara seperti mobil yang kehilangan rem nya. Senang menulis kemudian mempublikasikannya dalam blognya, yang tak pernah enggan ia promosikan kepada kami, atau bahkan di social net miliknya. Temanku yang bisa di bilang sukses dalam berbagai hal, tapi tidak dalam soal percintaan. Di setiap memasuki tahun baru ia selalu bertekad akan menemukan tambatan hatinya. Tapi sampai tahun ketiga kami berteman, ia bahkan belum membuktikan tekadnya itu. Hingga akhirnya ia malah memilih cappuccino sebagai kekasihnya, yang selalu setia mendampinginya menemukan inspirasi menulis.
Faiz, teman lelakiku yang tampak covernya sangat pendiam, innocent, dan kalem. Namun siapa sangka, ia begitu cerewet dan bahkan kadang menampakkan sisi kecentilannya. Sikapnya inilah yang membuatnya mendapat julukan “buaya”, entahlah padahal yang ku tahu selama ini ia masih setia menjadi pendamping hati kekasihnya, yang sejak awal kami berteman tak pernah terdengar kabar retaknya hubungan mereka. Tak jauh berbeda dengan Arian yang selalu merasa tampan dan mengklain punya banyak fans, begitulah ia juga kadang menyebut dirinya. Bedanya Faiz selalu setia dan bangga memperkenalkan kekasihnya, meski ia diidolakan banyak wanita katanya.
Mika, temanku yag satu ini sedikit tertutup, begitu anggapan beberapa teman lainnya. Tapi, ia ternyata tipe orang yang memang tak bisa memulai. Saat berhadapan dengannya kita memang harus memulai duluan, terlebih jika kita betul-betul ingin mengenalnya lebih dekat. Mungkin juga usia yang terpaut tua beberapa tahun dari kami yang membuatnya menjadi pribadi yang sedikit tertutup. Julukan enterprneur sudah sangat melekat pada temanku yang satu ini, jiwa berbisnisnya tak perlu diragukan lagi. Ia paling handal dalm hal lobi-melobi dalam berbagai hal.
Itulah mereka, orang-orang yang sudah menjadi warna dan warni dalam hidupku. Aku hanya berusaha menuliskan apa yang teringatkan, yang terpikirkan, dan yang sulit untuk terkatakan. Jika satu waktu mereka memberiku kesempatan untuk menegatakan satu hal aku hanya ingin mengatakan apa yang selama ini sulit terkatakan bahwa Aku Mencintai Kalian, teman-temanku.... ©ART
Selasa, 19 Februari 2013
Selamat hari kasih, Sayang...
Posted by dhiendongg on 7:24 AM
Fenomena 14 Februari, siapa yang tidak kenal dengan tanggal merah jambu ini. Mungkin sebagian orang di beberapa belahan dunia sudah memberi tanda khusus pada kalender di kamarnya atau sekedar menjadikan pengingat di ponsel masing-masing, tanggal yang (katanya) merupakan hari ‘kasih sayang’. Lucu dan geli sebenarnya, melihat tayangan-tayangan TV yang dengan semaraknya menyambut hari yang diberi nama Valentine ini, berlomba-lomba menayangkan FTV (Film televisi) yang bertemakan ‘kasih sayang’, yang mereka pikir ceritanya berbeda dari film-film yang telah mereka tayangkan sebelumnya, padahal kita hanya melihat perbedaan pada artis yang memerankannya. Ada juga promosi-promosi dalam sebuah iklan yang tak mau kalah memberi label ‘kasih sayang’ pada beberapa produknya hanya untuk menarik perhatian para konsumen. Tak hanya itu, beberapa pusat perbelanjaan, mall, atau distro misalnya, yang menghias dinding-dinding kacanya dengan pernak-pernik berbentuk hati yang selama ini dikenal sebagai lambang Cinta. Bahkan dengan besar-besaran memampang tulisan BIG SALE dalam rangka memperigati hari ‘kasih sayang’. Dengan murahnya kah ‘kasih sayang’ itu diobral?
Saya bukan orang yang paham tentang arti ‘kasih sayang’, cinta, atau apalah semacamnya. Tapi saya hanya ingin sekedar menuangkan apa yang selama ini menjadi pertanyaan di kepala saya tentang makna dari ‘Hari Kasih Sayang’. Hari kasih sayang yang (katanya) seharusnya kita rayakan bersama orang yang kita kasihi, entah itu orang tua, saudara, sahabat, bahkan pacar seklaipun. Yan menjadi pertayaan mengapa harus menuggu tanggal 14 Februari untuk berbagi kasih sayang, mengapa harus menunggu hari Valentine untuk berbagi coklat atau bunga misalnya. Bukannya dalam setahun ada 365 hari? Menagap harus menunggu waktu di satu hari itu saja untuk saling berbagi kasih.
Banyak versi yang menceritakan sejarah tentang hari kasih sayang ini, salah satu versi yang pernha saya dengar dan baca Valentine itu adalah hari kematian seorang pastur bernama Valentino. Saat itu di wilayah tempat ia tinggal, seorang kaisar (semacam raja) kejam memerintahkan agar semua penduduk tidak boleh menikah. Kabarnya kaisar itu sangat membenci yang namanyaCINTA.
Tapi, ternyata Pastur Valentino sudah lama merestui pernikahan penduduk secara diam-diam di malam hari, ketika penduduk lain sedang tidur. Suatu malam, salah satu prajurit kaisar mendapati perbuatan Pastur Valentino dan sepasang ng penduduk yang sedang minta perestuan untuk menikah, dan hal itu seudah tentu menjadi pelanggaran bagi kasiar, karena itulah Valentino akhirnya dihukum mati. Sejak saat itulah tanggal 14 Februari dinobatkan sebagai hari kasih sayang. Nah, bagaimana mungkin kita menjadikan hari kematian seseorang menjadi ‘hari kasih sayang’.
Saya tidak mengatakan orang-orang yang merayakan ‘hari kasih sayang’ adalah orang-orang yang keliru. Tapi saya hanya menuliskan apa yang saya ketahui dan apa yang menjadi pertanyaan saya selama ini. Pertanyaan yang tak satupun orang bisa memberi jawaban yang logis dan real tentang makna dari perayaan ‘hari kasih sayang’.
Sekali lagi berbagi kasih sayang tak harus menuggu satu tanggal merah jambu. Tak harus menunggu ari itu untuk tahu siapa orang-yang menyayangi kita.
Semoga orang yang sempat menyisihkan waktunya untuk sekedar menengok tulisan rongsok ini bisa memberi jawaban dari teka-teki yang tercipta dari kepala ini sendiri.
Terima Kasih...
©ART
Langganan:
Postingan (Atom)
Temanku, maaf..maaf..maaf..