Fenomena 14 Februari, siapa yang tidak kenal dengan tanggal merah jambu ini. Mungkin sebagian orang di beberapa belahan dunia sudah memberi tanda khusus pada kalender di kamarnya atau sekedar menjadikan pengingat di ponsel masing-masing, tanggal yang (katanya) merupakan hari ‘kasih sayang’. Lucu dan geli sebenarnya, melihat tayangan-tayangan TV yang dengan semaraknya menyambut hari yang diberi nama Valentine ini, berlomba-lomba menayangkan FTV (Film televisi) yang bertemakan ‘kasih sayang’, yang mereka pikir ceritanya berbeda dari film-film yang telah mereka tayangkan sebelumnya, padahal kita hanya melihat perbedaan pada artis yang memerankannya. Ada juga promosi-promosi dalam sebuah iklan yang tak mau kalah memberi label ‘kasih sayang’ pada beberapa produknya hanya untuk menarik perhatian para konsumen. Tak hanya itu, beberapa pusat perbelanjaan, mall, atau distro misalnya, yang menghias dinding-dinding kacanya dengan pernak-pernik berbentuk hati yang selama ini dikenal sebagai lambang Cinta. Bahkan dengan besar-besaran memampang tulisan BIG SALE dalam rangka memperigati hari ‘kasih sayang’. Dengan murahnya kah ‘kasih sayang’ itu diobral?
Saya bukan orang yang paham tentang arti ‘kasih sayang’, cinta, atau apalah semacamnya. Tapi saya hanya ingin sekedar menuangkan apa yang selama ini menjadi pertanyaan di kepala saya tentang makna dari ‘Hari Kasih Sayang’. Hari kasih sayang yang (katanya) seharusnya kita rayakan bersama orang yang kita kasihi, entah itu orang tua, saudara, sahabat, bahkan pacar seklaipun. Yan menjadi pertayaan mengapa harus menuggu tanggal 14 Februari untuk berbagi kasih sayang, mengapa harus menunggu hari Valentine untuk berbagi coklat atau bunga misalnya. Bukannya dalam setahun ada 365 hari? Menagap harus menunggu waktu di satu hari itu saja untuk saling berbagi kasih.
Banyak versi yang menceritakan sejarah tentang hari kasih sayang ini, salah satu versi yang pernha saya dengar dan baca Valentine itu adalah hari kematian seorang pastur bernama Valentino. Saat itu di wilayah tempat ia tinggal, seorang kaisar (semacam raja) kejam memerintahkan agar semua penduduk tidak boleh menikah. Kabarnya kaisar itu sangat membenci yang namanyaCINTA.
Tapi, ternyata Pastur Valentino sudah lama merestui pernikahan penduduk secara diam-diam di malam hari, ketika penduduk lain sedang tidur. Suatu malam, salah satu prajurit kaisar mendapati perbuatan Pastur Valentino dan sepasang ng penduduk yang sedang minta perestuan untuk menikah, dan hal itu seudah tentu menjadi pelanggaran bagi kasiar, karena itulah Valentino akhirnya dihukum mati. Sejak saat itulah tanggal 14 Februari dinobatkan sebagai hari kasih sayang. Nah, bagaimana mungkin kita menjadikan hari kematian seseorang menjadi ‘hari kasih sayang’.
Saya tidak mengatakan orang-orang yang merayakan ‘hari kasih sayang’ adalah orang-orang yang keliru. Tapi saya hanya menuliskan apa yang saya ketahui dan apa yang menjadi pertanyaan saya selama ini. Pertanyaan yang tak satupun orang bisa memberi jawaban yang logis dan real tentang makna dari perayaan ‘hari kasih sayang’.
Sekali lagi berbagi kasih sayang tak harus menuggu satu tanggal merah jambu. Tak harus menunggu ari itu untuk tahu siapa orang-yang menyayangi kita.
Semoga orang yang sempat menyisihkan waktunya untuk sekedar menengok tulisan rongsok ini bisa memberi jawaban dari teka-teki yang tercipta dari kepala ini sendiri.
Terima Kasih...
©ART
Selasa, 19 Februari 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Selamat hari kasih, Sayang...